Kisah Nabi Ibrahim AS, Lengkap!!!

Nabi Ibrahim AS dalam pandangan umat Islam adalah seorang Nabi atau Rasul Allah yang juga wajib diimani. Para ahli memperkirakan bahwa ia hidup dalam abad ke-18 atau 19 sebelum masehi. Pada mulanya ia bermukim di negeri kelahirannya, Urkasdim (di Irak Selatan), kemudian di Harran (di Syiria Utara) dan terakhir di Kan'an (Palestina atau Israel sekarang).


Ia wafat dan di makamkan di Hebron (kurang lebih 30 kilometer di selatan Yerussalem).

Nabi Ibrahim adalah putra Azar, keturunan Syam bin Nuh. Pada masa itu raja Namrud yang bertahta di negeri Mausul mengeluarkan undang-undang yang memerintahkan agar mmbnh setiap anak laki-laki yang lahir di negeri Mausul. Keadaan ini sama dengan zaman Nabi Musa. Namun berkat rahmat Allah, Nabi Ibrahim lahir dengan selamat.

Orang tuanya menyembunyikan Nabi Ibrahim di dalam gua. Atas izin Allah Nabi Ibrahim tidak mati, padahal tidak seseorang pun yang memeliharanya. Tidak seekor binatang buas pun yang mengganggunya. Bila lapar dan haus ia hanya menghisap ujung jarinya maka keluarlah air susu.

Sejak kecil, Nabi Ibrahim telah terpelihara dari segala perbuatan jahat. Ketika usianya meningkat dewasa, Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, mengapa berhala-berhala yang terbuat dari batu dan tidak mampu berbuat apa-apa itu disembah dan dipuja-puja oleh kaumnya, kemudian ia mulai berpikir tentang Tuhan.

Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang. Pada benaknya, inilah Tuhannya. Tetapi setelah bintang itu hilang ketika hari menjadi siang, Ibrahim pun menetapkan keyakinannya, bahwa ia tidak akan bertakwa kepada Tuhan yang terbenam.

Demikian pula pada bulan dan matahari. Setelah ia yakin pada bulan,bintang, dan matahari tiada kekal maka ia berseru kepada kaumnya, "Hai Kaumku! Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala apa yang kamu persekutukan! Aku hanya akan menghadapkan diriku kepada Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi dan aku sekali-kali tidak akan mempersekutukan-Nya.

Ketika Raja Namrud beserta orang-orangnya pergi berburu Nabi Ibrahim memasuki tempat berhala-berhala mereka dan menghancurkan semua berhala itu, kecuali berhala yang tetap ditinggalkan utuh, yaitu berhala yang paling besar. Di leher berhala yang paling besar itu ditaruhkannya kampak yang digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala lainnya.

Setelah Raja Namrud beserta pengiringnya pulang dari berburu dan mengetahui berhala-berhala di tempat peribadahannya hancur mereka menjadi berang. Mereka menuduh Nabi Ibrahim telah melakukannya karena beliaulah yang gigih menentang penyembahan berhala itu.

Nabi Ibrahim di tangkap dan dihadapkan pada Raja Namrud.

Sang raja bertanya, "Hai Ibrahim! Kamukah yang telah menghancurkan berhala-berhala itu?"

Nabi Ibrahim tanpa ragu-ragu menjawab, "Bukan aku yang menghancurkannya tetapi berhala yang paling besar itu. Tentulah dia tidak mau kamu persekutukan dengan berhala-berhala yang lebih kecil, buktinya kampak penghancur berhala itu masih bergantung dileherny."

Raja Namrud bukan main marahnya mendengar jawaban Nabi Ibrahim, dia merasa dipermainkan.

Raja Namrud berkata, "Mana mungkin berhala itu dapat melakukan seperti yang kau katakan."

Nabi Ibrahim menjawab, "Nah, kalau begitu mengapa kalian menyembah berhala yang tidak mampu berbuat apa-apa itu?"

Mendengarkan perkataan Nabi Ibrahim itu sebagian orang-orang berbalik menjadi pengikutnya, sedangkan sebagian lainnya ragu-ragu.


Hukuman Bakar Bagi Nabi Ibrahim

Setelah terlihat pengaruh Nabi Ibrahim semakin besar di kalangan pengikutnya, Raja Namrud merasa terdesak dan terjatuh harga dirinya. Oleh karena itu, untuk menjaga wibawanya, Namrud memerintahkan para pegawainya dan pengikut setianya untuk menangkap Ibrahim untuk dihukum mati, yaitu dengan cara dibakar.

Tetapi Allah SWT. kembali memperlihatkan kekuasaan-Nya. Allah berfirman kepada api:

يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ.....

Artinya:
"Hai api! Hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim." (Q.S. Al-Anbiya: 69)

Setelah api padam, keluarlah Ibrahim tanpa mengalami cedera sedikit pun.

Dalam menjalankan tugas kerasulannya Nabi Ibrahim berusaha menyadarkan ayahnya, agar tidak lagi menyembah berhala, dan tidak memperturutkan jalan setan, agar terlepas dari siksaan Allah. Namun, ayah Ibrahim menjawab:

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ ۖ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا

Artinya:
"Berkata ayahnya, "Adakah engkau membenci tuhan-tuhanku hai Ibrahim? Ingatlah, jika kau hentikan hinaan-hinaan terhadap tuhan-tuhan niscaya aku akan menyiksamu! Dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama." (Q.S. Maryam: 46)

Sementara itu Raja Namrud ingkar saja kepada Allah, maka Allah menghukum Raja Namrud beserta pengikut-pengikutnya dengan nyamuk yang sangat luar biasa bnyaknya. Nyamuk-nyamuk itu menggigit tubuh Raja Namrud dan pengikutnya memasuki lubang-lubang hidung, dan lain-lain. Raja Namrud sendiri mati dengan cara siksaan yang demikian.

Nabi Ibrahim mempunyai istri dua orang, yaitu Siti Hajar dan Siti Sarah. Dari Siti Hajar beliau mempunyai anak yang bernama Ishak, sedangkan Siti Sarah baru melahirkan anaknya setelah usianya lanjut.


Nabi Ibrahim Hijrah ke Negeri Syam

Setelah menyadari bahwa keadaannya kurang aman, Nabi Ibrahim pindah ke Negeri Syam, meninggalkan Nabinya Babil, dengan istrinya yang bernama Sarah disertai Luth yang kemudian menjadi nabi juga. Sejak dahulu Negeri Syam menjadi negeri yang aman dan sejahtera.

Tidak lama kemudian Nabi Ibrahim pergi ke Negeri Mesir. Ketika Raja Mesir mendengarkan tentang kecantikan Sarah, ia menyuruh Ibrahim untuk menghadapnya.

Setelah menghadap Raja Mesir, Ia bertanya kepada Nabi Ibrahim, "Siapakah perempuan yang bersama denganmu?"

Ibrahim menjawab, "Saudaraku."

Nabi Ibrahim berdusta terhadap orang yang akan menganiayanya, atas izin Allah. Dibolehkannya berdusta terhadap orang yang ingin menganiaya ini disebutkan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 148 dan hadis yang dikeluarkan oleh Imam Abu Daud dan Tirmidzi Ibnu Mundir, Ibnu Abi Hattim, Ibnu Mirdawah, dari Abu Hurairah dari Rasulullah dan juga hadis Bukhari Muslim.

Nabi Ibrahim tidak pernah berdusta, kecuali dalam tiga hal:
  1. Ia mengatakan sakit sewaktu diajak ke tanah lapang.
  2. Kepada Raja Namrud waktu ditanya yang menghancurkan patung-patung berhalanya.
  3. Kepada Raja Mesir ia mengatakan bahwa Sarah adalah saudara. Kalau tidak demikian, tentu istrinya akan dirampas oleh Raja Mesir, yaitu Fir'aun.

Siti Sarah mendapatkan hadiah seorang perempuan hamba sahayat bernama Hajar dari Raja Mesir karena jasanya yang telah menyembuhkan kembali tangan Raja Mesir yang semula terkatub keduanya dan tidak dapat membuka. Kemudian Hajar diberikan kepada Nabi Ibrahim untuk dijadikan istrinya.

Ketika Nabi Ibrahim kembali ke Syam, Siti Sarah telah berusia lanjut, sedangkan beliau belum dikaruniai anak. Namun, tidak lama kemudian, Siti Hajar melahirkan anak yang diberi nama Ismail. Demikian pula halnya dengan Siti Sarah yang melahirkan seorang anak yang diberi nama Ishaq.

Dari kedua orang inilah terlahir beberapa kaum. Dari keturunan Ishaq, banyak yang menjadi Nabi dan orang-orang besar ternama  yang disebut Bapak Kaum Bani Israil, sedangkan dari Nabi Ismail, banyak menjadi orang mulia dan akhirnya menurunkan seorang rasul yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim.


Nabi Ibrahim Mendapatkan Perintah untuk Pindah ke Mekah

Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang itu lebih cinta kepada anak kandungnya daripada anak tirinya. Demikian pula halnya dengan Siti Sarah yang tidak begitu menyukai Ismail. Berkali-kali ia menyuruh Nabi Ibrahim untuk memindahkan Ismail, tetapi permohonannya itu tidak juga dituruti oleh Nabi Ibrahim.

Karena perintah Allah, Nabi Ibrahim pindah dengan membawa Siti Hajar dan anaknya Ismail yang masih kecil dan masin menyusu. Setelah Nabi Ibrahim mengumpulkan perbekalan, beliau mengajak Hajar dan Ismail untuk pindah atas perintah Allah.

Berjalan ketiga orang-orang itu menuju tanah-tanah yang pada masa itu masih kosong, dan masih berupa padang pasir yang berbatu-batu.

Kemudian Siti Hajar berkata dalam hatinya:
Padang Pasir yang sangat luas
Terik matahari yang sangat panas
Jika bukan Tuhan menyertaiku
Tak akan aku kuat menahan panas badanku
Berkata dengan bersih di dalam hati
Aku taat kepada perintah Ilahi
Hanya aku dan anakku mendiami
Padang pasir yang sunyi dan tandus ini
Penderitaanku ini pengorbanan
Menjadi contoh anak cucuku kemudian
Hajar dengan mendoa ya rabbi ya rahman
Sabarkanlah hati hamba-Mu ini dengan aman

Demikianlah doa Siti Hajar di dalam hatinya. Nabi Ibrahim pun sebelum pergi ke Syam juga berdoa diantaranya:

"Hai Tuhanku! Aku menempatkan keluargaku ini pada tempat yang tandus kering dan tiada tanaman pada sisi rumah-Mu yang mulia ini. Hai Tuhanku! Supaya mereka mendirikan salat, hendaklah Engkau jadikan hati manusia condong kepada mereka, berikanlah rezeki kepada mereka dengan buah-buahan untuk tanda bersyukur."



Kemudian kembalilah Nabi Ibrahim ke Syam meninggalkan Siti Hajar dan Ismail.


Keinginan Nabi Ibrahim untuk Mengetahui Bagaimana Tuhan Menghidupkan Orang Mati

Sejak kecil Nabi Ibrahim selalu ingin mengetahui perihal sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Beliau terus-menerus mempertanyakannya dan mencari bukti yang nyata untuk memberikan faedah dan hikmah. Apalagi terhadap suatu kejadian yang kurang berkenan (tak masuk akal), beliau mencari alasan dan buktinya secara nyata, sehingga hatinya terasa puas.

Ketika Allah SWT. berfirman kepada Nabi Ibrahim, "Sesungguhnya semua orang yang mati kelak nanti akan dihidupkan kembali dan akan dibalas sesuai dengan amal perbuatannya waktu di dunia."

Nabi Ibrahim ingin membuktikan bagaimana cara Allah SWT. menghidupkan kembali orang yang telah mati. Beliau meminta bukti kepada Allah SWT. Dalam firman Allah SWT. dikatakan:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah: 260)

Setelah Nabi Ibrahim menerima bukti yang sebenar-benarnya bahwa Allah SWT. dapat menghidupkan kembali orang yang telah mati, maka Nabi Ibrahim merasa puas.


Nabi Ibrahim Mendirikan Baitul Maqdis

Nabi Ibrahim a.s. beserta istrinya (Siti Hajar) bertempat di Palestina, sedangkan Siti Hajar (istri Ibrahim) dengan putranya (Ismail) bertempat tinggal di Mekah. Karena itu, Nabi Ibrahim seringkali ke Mekah. Setelah Ismail dewasa, ia diajak oleh ayahnya untuk mendirikan Baitullah (ka'bah) atas perintah dari Allah SWT. 

Ka'bah inilah yang hendaknya dijadikan kiblat semua kaum muslim di waktu salat. Sebelumnya semua umat di dunia ini mempunyai sesembah yang bermacam-macam, ada yang menyembah berhala (arca/patung), ada yang menyembah matahari, dan lain-lain, maka setelah Nabi Ibrahim dan Ismail mendirikan Ka'bah, maka semua pengikut agama Allah SWT. mempunyai kiblat yang sama yaitu Ka'bah di Mekah.

Sesudah Nabi Ibrahim a.s. dan Ismail membangun Ka'bah, keduaya berdoa kepada Allah SWT. agar perbuatannya diterima oleh Allah SWT. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 172-129, Allah berfirman:


وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ . رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ .

Artinya:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. Al-Baqarah: 127-129)

Setelah itu Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT. agar memanggil serta melaksanakan haji baik umat yang dekat maupun jauh dari Ka'bah, agar mereka semua datang mengunjungi Ka'bah (berhaji). Dalam surat Al-Haj ayat 27 dan 28 Allah SWT. berfirman:

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ . لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ ۖ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ .

Artinya:
"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Q.S. Al-Haj: 27-28)


Nabi Ibrahim a.s Berkhitan

Nabi Ibrahim a.s. melaksanakan pada usia 99 tahun sebagian riwayat lagi mengatakan bahwa beliau dikhitan pada usia 80 tahun. Sedangkan Ismail di khitan pada usia 13 tahun. Syariat khitan dilaksanakan sejak zaman Nabi Ibrahim, yaitu ketika beliau sudah berusia lanjut. Dalam kitab Injil Barnabas disebutkan sebagai berikut, "Adapun adanya peraturan khitan disebabkan dulu Nabi Adam a.s. berdosa memakan buah larangan Allah SWT. (buah khuldi) beliau bernazar, apabila dosanya diampuni tuhan (Allah SWT.) beliau akan memotong sebagian dagingnya. Setelah tobat Adam diterima dan diampuni dosanya, kemudian Malaikat menunjukkan daging yang seharusnya dipotong, yaitu daging yang dipotong untuk dikhitan." Sekarang khitan telah menjadi syari'at agama Islam.


Nabi Ibrahim a.s dan Malaikat

Nabi Ibrahim a.s termasuk salah satu nabi yang selalu menghormati dan menghargai tamu. Pada suatu hari beliau mendapatkan tamu tiga malaikat yang menyamar sebagai manusia. Kemudian istri beliau memasak makanan untuk menghormati tamunya.

Ketika makanan dihidangkan kepada tamunya; mereka tidak mau menyentuh makan itu sedikit pun. Nabi Ibrahim merasa takut kepada mereka, maka mereka pun memberitahu kepada Nabi Ibrahim bahwa beliau itu adalah malaikat (tidak makan dan tidak minum) yang diutus oleh Allah SWT.

Mereka mendatangi rumah Nabi Ibrahim untuk memberi tahu kepada beliau bahwa mereka diutus Allah SWT. untuk menyiksa kaumnya Nabi Luth a.s. yang tidak mau mengikuti ajaran Nabi Luth. Nabi Ibrahim takut apabila Nabi Luth dan orang-orang yang beriman kepada beliau juga mendapat siksaan, tetapi para malaikat itu menjawab, "Aku sudah tahu di antara orang yang kfr dan orang yang iman."

Kemudian Nabi Ibrahim memohon agar kaumnya Nabi Luth tidak disiksa, tetapi para malaikat itu menjawab, "Sesungguhnya kami telah mendapatkan perintah dari Allah SWT. untuk menyiksa mereka yang kfr, sedangkan umat Nabi Luth yang beriman akan diselamatkan oleh Allah SWT.


Pelajaran dan Hikmah yang Dapat Diambil dari Kisah Nabi Ibrahim a.s.

  1. Nabi Ibrahim a.s. diutus Allah sebagai rasul-Nya ditengah masyarakat yang kufur musyrik kepada Tuhan.
  2. Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar, seorang pemahat patung berhala sebagai sesembahnya, sedangkan Nabi Ibrahim sangat menentangnya (membencinya) berhala itu.
  3. Nabi Ibrahim a,s berani memusnahkan patung berhala yang menjadi sesembah ayahnya dan kaumnya, sehingga beliau dijatuhkan hukuman mati, yaitu dengan dibakar.
  4. Nabi Ibrahim a.s. dibakar, namun ia tidak terluka sedikitpun ketika ia keluar dari kobaran api yang menyala-nyala, sebab ia dilindungi Allah SWT.
  5. Nabi Ibrahim a.s. mendapatkan ujian yang sangat berat, yakni disuruh menyembelih anak kandungnya (Ismail), maka perintah Tuhan dipatuhinya dan karena itu Allah menggantikannya dengan seekor kambing sehingga anaknya selamat.
  6. Nabi Ibrahim a.s. mempunyai dua orang istri yang saleh dan anak keturunannya pun menjadi anak yang saleh pula, bahkan menjadi rasul.
  7. Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah SWT. agar memperlihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan kembali makhluk yang telah mati. Permohonan itu bukanlah karena ia kurang percaya kepada Allah, melainkan untuk menambah ketentraman hati dan keyakinannya.
  8. Untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan kita terhadap Allah SWT. janganlah segan-segan bertanya dan meminta bimbingan. Wlaupun beliau seorang Nabi dan Rasul Allah, Nabi Ibrahim a.s tetap berusaha untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan karena kimanan yang kokoh akan menambah ketentraman batin.


Nah demikian artikel tentang Kisah Nabi Ibrahim AS Lengkap semoga kisah ini bisa memberikan hikmah bagi pembaca nya.

Kisah Lengkap Nabi Hud AS

Kisah Lengkap Nabi Hud as ~ Nabi Hud datang memberi peringatan kepada kaum 'Ad. Al-Quran mengatakan, Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad, saudara mereka, Hud. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah. Sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" (QS. Al-A'raaf : 65).

Kaum 'Ad rupanya terlalu asyik menikmati dunia. Mereka lupa bahwa semua nikmat itu dari Allah. Mereka bukannya bersyukur, tapi semakin melampaui batas. Mereka melampiaskan hawa nafsu dan syahwat, berbuat fitnah, dan bertengkar. Nabi Hud tidak bosan-bosannya mengajak kaum 'Ad untuk beriman dan menyembah Allah, serta meninggalkan maksiat. Nabi Hud berkata, "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya. Niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Huud : 52)

Peringatan Nabi Hud tidak mereka dengar. Malah, pembesar-pembesar mereka mengolok-olok Nabi Hud. Mereka membantah dengan kata-kata yang tidak sopan dan kasar. Mereka berkata, "Hai Hud, engkau tidak membawa bukti nyata. Kami tidak akan pernah meninggalkan tuhan-tuhan kami lantaran omonganmu itu. Dan kami tidak percaya kepadamu."
Turunnya Siksa

Nabi Hud telah berkali-kali memberikan peringatan. Namun, kaum Ad tidak juga bertobat kepada Allah. Akhirnya, Allah menurunkan siksa-Nya. Allah meniupkan angin panas yang bisa membakar manusia. Angin panas itu berembus selama tujuh hari tujuh malam. Karena panasnya angin tersebut, orang-orang Ad pun binasa. Secara diam-diam, Nabi Hud dan pengikutnya telah meninggalkan tempat tinggal mereka sebelum angin bertiup. Kemudian, Nabi Hud memulai hidup baru di Hadramaut pengikutnya, orang-orang beriman.

Dari hari ke hari, bulan demi bulan, dan tahun berganti tahun, penduduk di daerah baru itu semakin banyak. Nabi Hud pun semakin tua. Ketika usianya genap 472 tahun, Nabi Hud pulang ke pangkuas Ilahi. Selesailah kewajibannya menyerukan kebaikan dan mengajak umat untuk meninggalkan kemaksiatan. Jenazahnya dikuburkan di sebelah timur Kota Hadramaut.


Sumber : Google

Kisah Lengkap Nabi Shaleh AS

Kisah Lengkap Nabi Shaleh as ~ Shaleh diutus Allah untuk berdakwah dan menyerukan kebenaran kepada kaum Tsamud. Shaleh sendiri masih ada hubungan saudara dengan Tsamud, sama-sama keturunan Sam bin Nuh. Adapun silsilah Shaleh: Shaleh bin Abid bin Asif bin Masyih bin Abid bin Hadzir bin Tsamud bin Shaleh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Sedangkan silsilah Tsamud: Tsamud bin Ad bin Irmi bin Shaleh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh.

Jadi, Tsamud adalah keturunan Ad. Tsamud ini kemudian beranak pinak, bercucu banyak sehingga terbentuklah suatu kaum atau suku yang disebut kaum Tsamud. Sedangkan, Shaleh adalah anak dari Abid, keturunan Tsamud.

Kaum Tsamud menghuni daerah Hadramaut, yakni daratan antara Yaman dan Syam (Syria). Kaum Tsamud ini mempunyai ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan dalam bercocok tanam dan beternak. Dengan keahlian itu, mereka hidup makmur di Hadramaut. Semua itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada mereka.

Tidak hanya itu, mereka pun diberi kekuatan fisik yang tangguh. Mereka sanggup mengukir gunung-gunung untuk dijadikan pemandangan indah. Mereka membangun gedung-gedung tinggi. Mereka juga membuat rumah-rumah di tebing-tebing gunung yang dilubangi dan dipahat.

Namun, kaum Tsamud tidak mengenal tuhan. Berhala yang mereka buat sendirilah yang mereka jadikan tuhan. Hukum yang berlaku pun hukum rimba. Hukum yang bertentangan dengan kemanusiaan. Gaya hidup mereka menyimpang jauh dari kebenaran dan kemanusiaan. Orang-orang kaya hidup berfoya-foya, bermabuk-mabukan, berzina, dan lain-lain. Perampokan terjadi disana-sini. Penganiayaan dan perbuatan zalim dapat dijumpai setiap hari. Orang yang lemah menjadi budak dan diperlakukan tidak manusiawi.

Kemudian, Allah mengutus Shaleh kepada kaum Tsamud. Nabi Shaleh berkata, "Wahai Saudaraku, kaum Tsamud, kebiasaanmu menyembah berhala itu sangat keliru. Sesungguhnya, Tuhan yang wajib kalian sembah adalah Allah."

"Hai Shaleh! Siapakah Allah itu?" tanya salah seorang dari mereka.

"Dia adalah Tuhan sekalian manusia, sekalian makhluk. Dialah yang berkuasa atas segala-galanya. Dialah tempat meminta ampunan, tempat memohon pertolongan dari kesulitan," kata Nabi Shaleh menjelaskan.

"Coba tunjukkan dimana Tuhanmu itu. Bagaimana wujudnya, apakah sama dengan tuhan-tuhan kami?"

"Masya Allah, kalian sungguh keterlaluan. Kalian tidak akan mampu melihat wujud Allah," jawab Nabi Shaleh.

"Pembual! Omong kosong kau, hai Shaleh. Aku tidak memercayai omonganmu sedikit pun sebelum kau menunjukkan bukti, mukjizatmu kepada kami. Tunjukkanlah bukti-bukti kehebatanmu sebagai nabi utusan Tuhanmu itu! Baru kami akan memercayai dan mengikutimu!" kata orang-orang Tsamud. Dialog ini diterangkan di dalam Al Quran Surah Huud (11):61-62.

Kaum Tsamud tidak menghiraukan perkataan Nabi Shaleh. Mereka bahkan menganggap Nabi Shaleh gila, terkena sihir atau kerasukan setan sehingga omongannya ngawur. Mereka hanya akan percaya bila Nabi Shaleh bisa menunjukkan tanda-tanda kenabiannya. Maka, Nabi Shaleh pun memohon kepada Allah untuk memberikan mukjizat.

Saat itu pula Allah memerintahkan Nabi Shaleh untuk memukulkan tangannya ke atas permukaan batu yang ada di depannya. Setelah Nabi Shaleh melakukannya, muncullah unta yang gemuk, besar, dan bagus. Tentu saja, kandungan susunya banyak. Orang-orang Tsamud terperanjat semuanya. Saking herannya, mereka bergumam bagaikan suara lebah.

Nabi Shaleh lalu berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, inilah tanda bahwa aku adalah Nabi pesuruh Allah. Sembahlah Allah, dan tinggalkanlah berhala-berhala itu. Kalian jangan mengganggu unta ajaib ini. Binatang ini perlu minum sebagaimana kalian minum. Jika kalian menginginkan susunya, silakan memerahnya!" kata Nabi Shaleh menerangkan. Kisah tentang unta ajaib ini ada di dalam Al Quran Surah Asy-Syu'araa' 26:155-159.

Sejak awal, Nabi Shaleh telah memperingatkan kaum Tsamud. Mereka dilarang mengganggu unta itu, apalagi membunuhnya. Sebab, unta itu bukan sembarang unta, melainkan mukjizat dari Allah. Jika sampai ada yang membunuhnya, dikhawatirkan Allah akan murka.

Sejak itulah, sang unta berkeliaran. Ia berpindah-pindah tempat kemana pun ia suka. Setiap hari, orang-orang antre untuk mendapatkan susunya. Anehnya, susu itu keluar terus walaupun banyak orang yang memerahnya.

Pembunuhan Unta

Dengan hadirnya unta itu, sebagian dari mereka merasa senang. Hal ini karena mereka bisa mendapatkan susu setiap hari. Namun demikian, diam-diam ternyata ada beberapa orang yang sangat tidak menyukai kehadiran unta ajaib itu. Mereka adalah orang-orang yang sudah sejak lama tidak menyukai Nabi Shaleh.

Pada suatu malam, mereka berunding untuk membunuh unta tersebut. Mereka khawatir jika unta itu dibiarkan terus hidup, akan semakin banyak orang yang beriman dan mengikuti nabi Shaleh. Akhirnya, para pemimpin orang-orang kafir sepakat untuk melenyapkan unta Nabi Shaleh. Kemudian, mereka menunjuk seorang pemuda berbadan kekar untuk melaksanakan tugas itu.

Keesokan harinya, tatkala matahari muncul di ufuk timur, orang-orang berbondong-bondong mengambil air di telaga sebagaimana biasanya. Setelah itu, para penduduk menyambut kedatangan unta. Lalu, mereka memerah susunya secara bergiliran. Orang-orang kafir yang fanatik kepada berhalanya semakin panas hati. Diam-diam, seorang pemuda kafir sedang menanti saat yang tepat untuk membunuh unta itu. Ketika orang-orang sudah meninggalkan unta itu, si pemuda pun membunuhnya.

Setelah mengetahui untanya disembelih, Nabi Shaleh marah bukan main. Ia segera menuju telaga. Sesampainya disana, Nabi Shaleh berkata, "Wahai kaumku! Siapakah yang berani-beraninya membunuh unta ajaib itu?"

Pemuda yang membunuh unta itu berkata, "Akibat untamu itu, telaga menjadi kotor. Orang-orang tergila-gila pada air susunya. Kamilah yang membinasakannya."

"Apakah engkau tidak ingat? Aku telah memperingatkan, jangan sekali-kali kalian mengganggu unta itu. Apalagi sampai membunuhnya. Bila kalian melakukannya, berarti kalian siap menerima azab dari Allah," kata Nabi Shaleh.

"Mana mungkin Tuhanmu bisa mengirim azab. Buktikan! Kami ingin tahu dan merasakan!" tantang mereka.

Kehancuran Kaum Tsamud

Setelah tantangan kaum Tsamud itu, Nabi Shaleh memberi tahu bahwa azab akan datang tiga hari lagi. Hal ini dijelaskan Allah dalam Surah Huud (11):65, "Mereka membunuh unta itu. Maka berkatalah Nabi Shaleh, "Bersukarialah kamu sekalian di rumah selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan."

Pada hari pertama setelah pembunuhan unta, masih terasa biasa-biasa saja. Hari kedua pun sama. Akhirnya, pada hari ketiga, janji Allah datang. Langit menjadi gelap. Orang-orang mulai panik. Sementara Nabi Shaleh dan pengikutnya, orang-orang beriman sudah pergi menyelamatkan diri. Petir pun menyambar orang-orang kafir.

Al Quran mengatakan, "Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhanny, lalu mereka di sambar petir sedang mereka melihatnya." (QS. Adz-Dzaariyaat (51):44).

Mereka juga diguncang gempa. Mereka pun mati di dalam rumah mereka. Allah berfirman, "Karena itu mereka ditimpa gempa. Karena itu, jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka." (QS. Al-A'raaf[7]:78).

Sumber : Google

Kisah Lengkap Nabi Nuh AS

Kisah Lengkap Nabi Nabi Nuh as ~ Nuh adalah putra Lamik bin Matta Syalih bin Idris. Menurut Al-Quran usia Nabi Nuh ialah 950 tahun (QS. Al-'Ankabuut:14). Setelah Nabi Idris meninggal dunia, perilaku masyarakat semakin menyimpang. Begitu juga kaum Nuh, yang ketika itu menyembah berhala. Al-Quran menyebutkan hal ini dalam Surah Nuuh ayat 23. "Mereka berkata, "Jangan kamu tinggalkan tuhan-tuhan kamu dan jangan kamu tinggalkan Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr."

Selain itu, kaum Nuh terkenal zalim dan sewenang-wenang. Kejayaan dan kekayaan membuat mereka sombong. Martabat dan harga diri diukur dari banyaknya harta. Karena itu, orang-orang miskin dipandang rendah. Para budak diperlakukan seperti binatang. Melihat keadaan itu, Allah memerintahkan Nuh untuk mengajak mereka ke jalan yang benar. Dengan sabarnya, Nabi Nuh menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada masyarakat yang musyrik. Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, "Dan sesungguhnya aku memperingatkan kamu akan siksaan Allah dan aku menjelaskan kepadamu jalan keselamatan. Maka, sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Karena aku khawatir apabila kamu menyembah selain Dia, atau menyekutukan-Nya dengan yang lain, Dia akan menyiksamu pada hari kiamat dengan siksaan yang sangat menyedihkan." (QS. Huud: 25-26).

Ternyata, dakwah Nabi Nuh tidak mendapat sambutan yang baik. Mereka malah mencemooh dan menghina Nabi Nuh. Mereka juga meremehkan Nabi Nuh dan pengikutnya yang miskin. "Maka, berkatalah pemimpin-peminpin yang kafir dari kaumnya, 'Kami tidak melihat kamu melainkan (sebagai) seorang manusia seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang berdusta." (QS. Huud : 27).

Doa Nabi Nuh as

Nabi Nuh kesal terhadap sikap kaumnya. Ia pun berlindung kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya. Ia berdoa kepada Allah, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku untuk beriman kepada-Mu. Aku juga mengajak mereka agar meninggalkan penyembahan berhala. Aku sangat berharap mereka mau beriman. Tidak ku lewatkan setiap kesempatan, melainkan kuajak mereka siang dan malam. Ternyata, harapanku sia-sia. Mereka malah makin membangkang dan durhaka. Setiap kali kuajak mereka untuk menyembah-Mu, supaya Engkau bisa memaafkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka pun menutup telinganya dengan ujung jarinya. Mereka tidak suka mendengar ajakanku. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam pembangkangan. Sampai-sampai, mereka menutup wajahnya dengan baju supaya tidak melihatku dan tidak mendengar dakwah yang kuberikan.

Wahai Tuhanku, aku telah mengajak mereka untuk menyembah-Mu berulang-ulang dengan berbagai cara. Kadang-kadang, aku mengajak secara terang-terangan dalam kelompok-kelompok mereka. Kadang-kadang, secara sendirian terhadap seseorang diantara mereka. Aku berkata kepada mereka, 'Mintalah ampun kepada Tuhanmu. Bertobatlah dari kekafiran dan kemaksiatan. Sesungguhnya Dia menerima tobat hamba-hamba-Nya. Dia memaafkan kesalahan-kesalahan serta memberi ganjaran atas tobat dan istigfarmu. Maka, Dia akan menurunkan hujan yang deras bagi kamu. Hujan yang akan menyuburkan tanahmu sesudah kekeringan. Dia memberi rezeki kepadamu berupa harta benda untuk kamu nikmati dan mengaruniai anak-anak yang akan membantu kamu. Kebun-kebun yang lebat akan membuat hidupmu sejahtera. Dan sungai-sungai akan menjamin pengairan bagi tanahmu." (QS. Nuuh : 5-12)

Pembuatan Kapal

Sudah tidak ada harapan lagi kaum Nuh akan beriman, kecuali sedikit. Akhirnya, Nabi Nuh berdoa agar Allah menimpakan azab kepada kaumnya. Allah pun mengabulkan doa Nabi Nuh. Sebelum membinasakan kaum kafir itu. Allah memerintahkan Nabi Nuh dan kaum Muslim menyiapkan alat untuk menyelamatkan diri. Allah menyuruh mereka untuk membuat kapal. Nabi Nuh dan pengikutnya segera menjalankan perintah Allah itu. Mereka mulai membuat kapal. Namun, pembuatan kapal diejek oleh orang-orang kafir. Untuk menghadapi ejekan orang-orang kafir itu, Nabi Nuh berkata, "Jika kamu mengejek Kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalin, mengejek (kami). Kelak, kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya, dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Huud : 38-39).

Air Bah

Nabi Nuh dan pengikutnya, kaum Muslim, akhirnya selesai membuat kapal. Selanjutnya, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengumpulkan sepasang dari setiap jenis hewan yang hidup. Lalu, hewan-hewan itu dimasukkan ke dalam kapal. Hal ini supaya mereka bisa berkembang biak lagi. Sebab, nanti setelah bencana besar melanda, makhluk hidup di bumi akan musnah. Kecuali yang ikut naik ke kapal Nabi Nuh. Setelah itu, Nabi Nuh menyuruh semua pengikutnya naik ke kapal. Nabi Nuh berkata kepada orang-orang beriman, "Naiklah ke kapal dengan menyebut nama Allah Ta'ala di waktu berlayar dan berlabuh."

Mereka berdoa demikian karena bukan kapal itu yang menyelamatkan mereka. Hanya Allah-lah yang menjalankan dan menghentikan kapal itu. Sehingga, wajiblah atas mereka berharap kepada Allah. Setelah semuanya siap di dalam kapal, Allah menurunkan hujan dari langit. Allah menyuruh bumi memancarkan air dari segenap penjurunya. Dalam sekejap, air dari langit dan bumi berkumpul sehingga timbullah air bah yang dahsyat. Itulah bencana yang ditakdirkan Allah, dengan doa Nabi-Nya, untuk membinasakan orang-orang kafir. Sementara itu, kapal berlayar dengan perlindungan Allah dan pemeliharaan-Nya. Allah telah menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman.

Tenggelamnya Putra Nabi Nuh as

Nabi Nuh teringat akan putranya. Sebagai seorang bapak yang menyayangi anaknya, Nabi Nuh memanggilnya. Ia memintanya untuk naik ke kapal bersama keluarga yang lain. Namun, putranya menolak. Nabi Nuh berkata, "Hai anakku, naiklah ke kapal ini agar engkau selamat dari azab Allah. Janganlah engkau masuk ke dalam golongan orang-orang kafir yang mengingkari agama Allah."

Putra Nabi Nuh memang durhaka. Dalam situasi demikian, ia tetap tidak mau beriman kepada Allah. Karena ia menduga bahwa apa yang terjadi merupakan peristiwa alam biasa. Tanpa naik ke kapal pun, ia bisa selamat. Begitu pikirnya. Maka, ia berkata kepada bapaknya, "Aku akan berlindung ke puncak gunung yang tidak bisa dicapai oleh air, sehingga aku tidak akan tenggelam."

Nabi Nuh mengingatkan, "Tidak ada satu kekuatan pun yang sanggup mencegah takdir Allah. Jika seseorang ditakdirkan tenggelam, ia pasti tenggelam, sebagai balasan bagi orang-orang kafir." Putranya tetap menolak ajakan Nabi Nuh. Ia yakin bisa mencapai puncak gunung dan berlindung di sana. Akan tetapi, bukan itu yang terjadi. Air bah terus meninggi dan menenggelamkan putra Nabi Nuh.

Memohon Keselamatan Putranya

Sebelum putranya tenggelam, Nabi Nuh memohon kepada Allah agar putranya diselamatkan. Karena, Allah telah berjanji akan menyelamatkan keluarganya. Allah menjawab bahwa putra Nabi Nuh yang kafir itu bukanlah termasuk keluarga yang dijanjikan untuk diselamatkan. Hal itu karena putra Nabi Nuh tidak beriman kepada Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Allah melarang Nabi Nuh untuk memohon sesuatu, kecuali bila ia yakin bahwa hal itu benar. Nabi Nuh kemudian menyesal. Ia mengakui kesalahannya, "Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, wahai Tuhanku. Aku tidak akan memohon sesuatu yang tidak Engkau ridhai. Jika Engkau tidak mengampuniku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi."

Air Bah Surut

Selanjutnya, air bah benar-benar menenggelamkan kaum Nabi Nuh yang tidak mau taat. Setelah semua orang kafir tenggelam. Allah menyuruh bumi untuk mengisap airnya. Allah juga menyuruh langit untuk berhenti menurunkan hujan. Maka, surutlah air bah itu. Kapal Nabi Nuh, kemudian terdampar di Gunung Judy.

Allah mengatakan dalam Surah Huud (11):48, Dikatakan kepada Nuh, "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia). Kemudian, mereka akan ditimpa azab (siksa) yang pedih dari Kami."

Di tanah baru itulah, pengikut Nabi Nuh hidup dengan damai. Lalu, mereka berkembang sehingga jumlahnya menjadi banyak lagi. Hud adalah Nabi yang diutus Allah kepada kaum 'Ad di Al-Ahqaf. Sebagaimana firman Allah, "Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaf..." (QS. Al-Ahqaaf : 21).

Menurut ahli sejarah, Al-Ahqaf merupakan daerag di antara Yaman dan Amman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar. Kaum Ad hidup di daerah yang tanahnya subur. Mata air mengalir dari segala penjuru. Kondisi daerah sebaik itu memudahkan mereka untuk mengelola pertanian. Mereka juga mendirikan gedung-gedung megah di kota-kota. Kaum 'Ad diberikan kekayaan harta benda oleh Allah. Akan tetapi, kaum 'Ad lupa bersyukur kepada Allah. Padahal, mereka telah mendapat begitu banyak nikmat. Mereka malah menyembah berhala, yaitu Shada, Shamud, dan Al-Haba.

Sumber : Google